Seyum donk frent : )
Dalam kehidupan kita
selalu saja ada sisi positif dan negatif dalam interaksi kita dengan sesama.
Positif ketika interaksi kita tidak membawa kekecewaan, bahkan yang ada adalah
saling tolong menolong sesama mukmin, saling sayang menyayangi sesama mukmin.
Dan negatif akan timbul, saat interaksi kita dengan orang lain membuahkan
kekecewaan yang tidak jarang disertai dengan kemarahan.
Tidak
ada manusia yang tak memiliki sifat amarah berapapun kadarnya. Hanya
saja, seberapa jauh, setiap orang memiliki kemampuan menahan dan mengendalikan
sifat amarah dalam dirinya. Sebagian orang mengatakan marah adalah
manusiawi, karena marah adalah bagian dari kehidupan kita. Tapi alangkah
baiknya bila kita bisa menjadi pribadi yang bisa menahan marah dan kalaupun
kita marah, maka marahnya kita tidak berlebihan.
Tips menahan amarah
1. Istighfar dan membaca Ta’awuz
Bagi umat Muslim, istighfar adalah doa yang mujarab untuk
menahan amarah terutama di bulan Ramadan, dimana kita lebih memilih untuk
mengingat Sang Kuasa untuk menahan amarah.
2. Berwudhu kemudiyan Sholat
Berwudhu adalah cara yang efektif dengan ini kita akan
mendapatkan kesegaran dari air, dan kemudian setelah ini bila sudah waktunya
segerakanlah untuk menegakan salat.
3. Memasukan udara ke badan dengan cara menarik
nafas panjang
nafas panjang
Menarik napas yang dalam dan menyalurkan banyak oksigen ke
dalam tubuh terutama kepala adalah sesuatu hal yang menyegarkan dan ini juga
bisa dapat membantu Anda untuk menunda amarah yang akan segera meledak dari
kepala Anda.
4. Berbagi atau Sharing
Sharing atau berbagi adalah salah satu cara yang efektif
untuk Anda menceritakan segala permasalahan yang sedang Anda alami kepada
pasangan Anda ataupun kepada rekan kerja yang telah menjadi teman terbaik Anda.Tapi
jangan membeberkan aib keluarga,karena rahasia keluarga anda nakan terbuka,dan bias
jadi mengakibatkan keruntuhan rumah tangga anda.yang terbaik adalah Shering ke
yang membuat amarah,yaitu Alloh ta’ala.
5. Lebih banyak mendengar
Terkadang emosi atau amarah itu timbul sebagai akibat
"miskomunikasi" untuk itu kita telah diberi karunia dua buah telinga
artinya kita harus lebih banyak mendengar daripada berbicara. Dengarlah
baik-baik maksud dari teman Anda, mungkin saja maksud yang ia sampaikan adalah
baik dan ini juga adalah efektif sebagai salah satu cara untuk menahan emosi di
bulan puasa.
Syeikh Imam al-Ghazali, dalam Kitab Ihya’
Ulumuddin nya mengatakan, “Barangsiapa tidak marah, maka ia lemah dari melatih
diri. Yang baik adalah, mereka yang marah namun bisa menahan dirinya.”
Tiga
hal termasuk akhlak keimanan yaitu, orang yang jika marah, kemarahannya tidak
memasukkanya kedalam perkara batil, jika senang maka kesenangannya
tidak mengeluarkan dari kebenaran dan jika dia mampu dia tidak melakukan yang
tidak semestinya.
Maka
wajib bagi setiap muslim menempatkan nafsu amarahnya terhadap apa yang
dibolehkan oleh Allah Swt, tidak melampaui batas terhadap apa yang dilarang
sehingga nafsu amarahnya tidak mengarah kepada kemaksiatan, kemunafikan apalagi
sampai kepada kekafiran. Kita harus melatih diri kita agar tidak menjadi
orang yang mudah marah dan menahan marah kita agar kemarahan kita tidak
berlebihan.
Perhatikan
firman Allah Swt berikut ini : “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari
Tuhanmu dan kepada surga yang seluas langit dan bumi yang disediakan untuk
orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya),
baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya serta
memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan (QS. Ali Imran {3} :133-134).
Orang
yang bertakwa adalah mampu menahan marah dengan tidak melampiaskan kemarahan
walaupun sebenarnya ia mampu melakukannya. Kata al-kazhimiin berarti penuh dan
menutupnya dengan rapat, seperti wadah yang penuh dengan air, lalu ditutup
rapat agar tidak tumpah. Ini mengisyaratkan bahwa perasaan marah, sakit hati,
dan keinginan untuk menuntut balas masih ada, tapi perasaan itu tidak dituruti melainkan ditahan
dan ditutup rapat agar tidak keluar perkataan dan tindakan yang tidak baik. (Quraisy Shihab, Tafsir al-Misbah, II,
hal. 207).
Berikut beberapa hadits tentang keutaman
menahan marah :
1. Rasulullah Saw bersabda : “Orang
kuat itu bukanlah yang menang dalam gulat tetapi orang kuat adalah yang mampu
menahan nafsu amarahnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
2. Dari Ibnu Mas’ud ra Rasulullah Saw bersabda : “Siapa
yang dikatakan paling kuat diantara kalian? Sahabat menjawab : yaitu
diantara kami yang paling kuat gulatnya. Beliau bersabda : “Bukan begitu, tetapi dia adalah yang paling kuat
mengendalikan nafsunya ketika marah.” (HR. Muslim)
3. Al Imam Ahmad meriwayatkan hadits dari Anas Al Juba’i , bahwa
Rasulullah Saw bersabda : “Barangsiapa
yang mampu menahan marahnya padahal dia mampu menyalurkannya, maka Allah
menyeru pada hari kiamat dari atas khalayak makhluk sampai disuruh memilih
bidadari mana yang mereka mau.” (HR. Ahmad dengan sanad hasan)
4. Al Imam Ahmad juga meriwayatkan hadits dari Ibnu Umar, bahwa
Rasulullah Saw bersabda : “Tidaklah hamba
meneguk tegukan yang lebih utama di sisi Allah Swt, dari meneguk kemarahan
karena mengharap wajah Allah Swt.” (Hadits shahih riwayat Ahmad)
5. Al Imam Abu Dawud rahimahullah mengeluarkan hadits secara makna
dari shahabat Nabi, bahwa Rasulullah Saw bersabda : “Tidaklah seorang hamba menahan kemarahan karena
Allah Swt kecuali Allah Swt akan memenuhi baginya keamanan dan keimanan.”
(HR. Abu Dawud dengan sanad Hasan)
6. “Dari Abu Hurairah ra, bahwa seseorang berkata kepada Nabi Saw :
berwasiatlah kepadaku. Beliau bersabda : “jangan
menjadi seorang pemarah”. Kemudian diulang-ulang beberapa kali. Dan
beliau bersabda : “janganlah menjadi
orang pemarah” (HR. Bukhari) .
Rasulullah
Saw tidak pernah marah jika celaan hanya tertuju pada pribadinya dan
beliau sangat marah ketika melihat atau mendengar sesuatu yang dibenci Allah,
maka beliau tidak diam, beliau marah dan berbicara. Ketika Nabi Saw
melihat kelambu rumah Aisyah ada gambar makhluk hidupnya (yaitu gambar kuda
bersayap) maka merah wajah Beliau dan bersabda : “Sesungguhnya orang yang
paling keras siksaannya pada hari kiamat adalah orang membuat gambar seperti
gambar ini.” (HR. Bukhari Muslim).
Al
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadits Anas ra : “Anas membantu
rumah tangga Rasulullah Saw selama 10 tahun, maka tidak pernah beliau berkata
kepada Anas : “ah”, sama sekali. Beliau tidak berkata terhadap apa yang
dikerjakan Anas : “mengapa kamu berbuat ini.” Dan terhadap apa yang tidak
dikerjakan Anas,”Tidakkah kamu berbuat begini.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Begitulah
keadaan beliau senantiasa berada diatas kebenaran baik ketika marah maupun
ketika dalam keadaan ridha/tidak marah. Dan demikianlah semestinya setiap kita
selalu diatas kebenaran ketika ridha dan ketika marah. Rasulullah
Saw bersabda : “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu berbicara yang
benar ketika marah dan ridha.” (Hadits shahih riwayat Nasa’i).
Dr,
Aidh bin Abdullah Al-Qarni M.A mengatakan, Berhati-hatilah terhadap keributan,
karena ia sangat melelahkan. Jauhilah sikap mencerca dan mencela, karena ia
sangat menyiksa.
Setelah
kita mengetahui keutamaan menahan marah, seperti yang diuraikan diatas,
sekarang coba kita tanyakan dengan jujur pada diri kita sendiri, bagaimana kita
kalau sedang marah selama ini? Apakah kita mampu menahan marah? Atau apakah
saat marah kita tetap mampu menahan dan mengendalikan amarah kita hingga tidak
berlebihan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar